HITSTUNGKAL.COM – Festival Batanghari Jambi 2025 kembali menjadi panggung budaya yang penuh dengan isu-isu budaya. Pada malam hari kedua perhelatan, Tari Bedeti ditampilkan oleh Suku Anak Dalam yang berasal dari Desa Dwi Karya Bakti, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo. Penampilan tari ini juga diisi dengan budaya bertutur atau senandung-senandung khas Suku Anak Dalam.Jambi, 4 Agustus 2025
Tari Bedeti dibawakan oleh para kader perempuan Suku Anak Dalam, mereka adalah Juliana, Siska, Ita, Ratih, Induk Didi, dan Induk Tuti. Keenam perempuan itu tampil dalam balutan kain bermotif daun sebagai makna filosofis dari lambang kehidupan, keteduhan, dan keberlanjutan.
Dalam gerakan tarian yang mengalun pelan, terdengar senandung yang merupakan bagian dari budaya bertutur masyarakat rimba. Lirik-liriknya berisi doa keselamatan bagi alam dan manusia, mencerminkan hubungan yang intim dan penuh syukur atas kebaikan alam yang telah menopang kehidupan manusia.
Festival Batanghari Jambi 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi dan digelar selama lima hari pada tanggal 2–9 Agustus 2025 di kawasan Tepian Sungai Batanghari, Kota Jambi.
Festival ini merupakan ajang tahunan yang menjadi wadah untuk menampilkan kekayaan seni, budaya, dan kearifan lokal masyarakat Jambi dari pertunjukan musik dan tari tradisional, pameran kerajinan, kuliner khas daerah, hingga forum diskusi budaya dan ekowisata.
Tahun ini, Festival Batanghari mengangkat tema “Semakin Dilestarikan, Semakin Mensejahterakan”, sebagai sarana kampanye dan penyebarluasan pengetahuan budaya yang dimiliki oleh Jambi.
Meski sempat diguyur hujan, acara tetap dimulai pukul 9 malam dengan antusias yang meriah dari para pengunjung. Kehadiran Suku Anak Dalam di panggung utama Festival Batanghari 2025 menjadi bentuk pengakuan terhadap kehidupan, pengetahuan, dan ekspresi budaya masyarakat adat.
Hal ini juga merupakan tujuan dari program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pundi Sumatra dengan dukungan Kemitraan Partnership terhadap pengakuan dan pelibatan masyarakat adat dalam ruang-ruang publik, khususnya Suku Anak Dalam Jambi.
Selain menampilkan Tari Bedeti, Juliana — salah satu perempuan Suku Anak Dalam — berhasil membuat bulu kuduk penonton merinding lewat puisi yang ia bawakan. Puisi tersebut mengangkat isu kerusakan alam, sekaligus menjadi sindiran tajam bagi pemerintah dan pemilik konsesi yang terus membuka hutan rimba demi kepentingan pribadi.
“Adanya kesempatan yang diberikan oleh pemerintah dalam acara besar ini menunjukkan bahwa pemerintah sangat peduli terhadap budaya-budaya masyarakat SAD, salah satunya tari bedeti yang hampir punah ini,” tutur Sutono selaku CEO Pundi Sumatra. Ia juga menjelaskan bahwa kesempatan tampil ini justru diberikan langsung oleh Dinas Pariwisata Provinsi Jambi kepada kader SAD.
*Rilis











